Ungkapan “Aku adalah Tuhan” bukanlah pengakuan atas keagungan, melainkan suatu kerendahan hati yang total. Seseorang yang berkata “Aku adalah hamba Tuhan” menyebutkan dua keberadaan, dirinya dan Tuhan, sedangkan ungkapan “Aku adalah Tuhan” berarti peniadaan diri, yakni dia menyerahkan keberadaan dirinya sebagai kekosongan (non-ekssistensi).
Dikatakan “Aku adalah Tuhan” bermakna : “Aku tidak ada, segala sesuatu adalah Dia. Keberadaan adalah Tuhan sendiri, aku bukan keberadaan sama sekali, bukan apa-apa”. Pernyataan ini begitu luar biasa, lebih dari pengakuan terhadap keagungan apa pun, sayangnya banyak yang tidak memahami. Ketika manuisa menyadari penghambaannya kepada Tuhan, dia sadar atas perbuatannya sebagai hamba. Penghambaan ini bisa jadi memang ditujukan pada Tuhan. Namun dia masih memandang diri dan perbuatannya setara dengan melihat Tuhan. Ini berarti dia tidak “tenggelam”, tenggelam adalah dia yang dalam dirinya tidak memiliki gerakan atau perbuatan, kecuali digerakkan oleh perubahan air.
Seekor singa menangkap rusa. Rusa berusaha melarikan diri dari singa. Ada dua keberadaan di sana, singa dan rusa. Ketika singa menangkap rusa dan rusa pingsan dalam ancaman cakar singa, maka yang tersisa hanya keberadaan singa, rusa jadi terlenyapkan.
-Kutipan dari "Fihi Ma Fihi" Jalaludin Rumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar