Minggu, 20 Oktober 2019

KEBAIKAN TIDAK PUNYA MOTIF

Jika saya punya motif untuk menjadi baik, apakah itu akan menghasilkan kebaikan? Ataukah kebaikan itu sesuatu yang sama sekali hampa dari dorongan untuk menjadi baik, yang selalu berdasarkan pada suatu motif? Apakah baik itu lawan dari buruk, jahat?

Setiap hal yang berlawanan mengandung benih dari lawannya, bukan? Ada keserakahan, dan ada cita-cita tentang ketidakserakahan. Bila batin mengejar ketidakserakahan, bila ia mencoba untuk menjadi tidak serakah, ia masih serakah, karena ia ingin menjadi sesuatu.

Keserakahan berarti menginginkan, memperoleh, memperluas. Dan ketika batin melihat bahwa tidak ada manfaatnya untuk serakah, ia ingin menjadi tidak serakah, jadi motifnya tetap sama, yakni untuk menjadi atau memperoleh sesuatu.

Bila batin ingin untuk tidak ingin, maka akar dari keinginan, nafsu, masih ada di situ. Jadi, kebaikan bukanlah lawan dari kejahatan, ia adalah suatu keadaan yang sama sekali lain. Dan apakah keadaan itu? Jelas, kebaikan tidak punya motif karena semua motif berdasarkan pada diri, ia adalah gerak egosentrik dari batin. Jadi, apa yang kita maksud dengan kebaikan? Jelas, kebaikan hanya ada bila terdapat perhatian total. Perhatian tidak punya motif. Jika ada motif bagi perhatian, apakah ada perhatian? Jika saya memperhatikan untuk memperoleh sesuatu, maka ‘memperoleh’ itu, entah baik entah buruk, bukanlah perhatian, melainkan pengalihan perhatian, pemecahbelahan.

Kebaikan hanya ada apabila terdapat perhatian total, yang disitu tidak terdapat upaya untuk menjadi atau tidak menjadi sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...