Selasa, 31 Mei 2016

PERMOHONAN RESTU SEORANG KSATRIA

“Ibu, berilah aku restu untuk mati sebagai ksatria”, inilah permohonan Gatotkaca sebelum berpisah dengan ibunya. Mati sebagai ksatria, hanya bisa dicapai oleh seorang ksatria sejati, mungkin itulah sebabnya kenapa Gatotkaca memohon restu itu pada ibunya.

Dia tidak meminta restu supaya jadi orang kaya, karena seorang koruptor juga bisa jadi kaya. Dia tidak meminta restu untuk mendapat pangkat yang tinggi, karena seorang penjilat, penyuap atau orang licik bisa mendapat pangkat tinggi. Dia juga tidak meminta restu supaya selamat dalam perang kurusetra, karena seorang pengecut bisa saja selamat...

SEANDAINYA WAKTU DAPAT DIULANG

“Seandainya waktu dapat diulang, aku akan melakukan hal yang sama”, begitu kira-kira ungkapan Bisma ketika melihat kenyataan bahwa cucu-cucunya akan saling berhadapan di medan kurusetra untuk saling membunuh memperebutkan tahta Hastina Pura.

Bisma semula memiliki nama Dewabrata. Disebut Bisma artinya “dia yang sumpahnya dahsyat”, karena ia bersumpah untuk hidup membujang selamanya
dan tidak mewarisi tahta kerajaannya. Hal ini dilakukan karena dia dan keturunannya tidak ingin berselisih dengan Setyawati (ibu tiri Bisma) dan keturunannya karena memperebutkan tahta Hastina. Tetapi akhirnya, tetap saja, tahta Hastina jadi rebutan Kurawa dan Pandawa, banyak darah tertumpah di Kurusetra.

“Seandainya waktu dapat diulang, aku akan melakukan hal yang sama”, begitu kata Bisma.. ya Bisma telah melakukan hal yang terbaik yang bisa dilakukan pada saat itu, tidak ada yang perlu disesali, tidak ada yang tahu apa yang bakal terjadi di masa depan. Tugas seorang ksatria hanya menjalankan dharma.

JANGAN BERPURA-PURA TERHADAP KEPASTIAN

Bagi orang bijak tak ada yang diketahui secara pasti. Kalau kepura-puraan  tentang kepastian ditinggalkan, dunia tidak terpecah belah dan kesepian, tempat untuk mengagumi keajaiban. Mana bisa orang bijak mempercayai apa yang dipercayai orang lain, menghormati yang sudah jelas, dengan buta  mengejar apa yang dikejar orang lain?

Tetapi manusia berkembang dalam dunia khayalnya. Dunia mengerumuni orang bijak yang pada intinya tidak tahu. Yang lain tampaknya tahu tetapi orang  bijak tidak tahu apa-apa. Yang lain jelas dan pasti serta percaya diri  sementara orang bijak bingung dan tak terarah, orang bodoh sesat dalam  pemikirannya serta dunianya.

Yang lain dengan penuh semangat melaksanakan tugas-tugas kehidupan, memenuhi kebutuhan mereka sendiri maupun kebutuhan bersama. Tetapi orang bijak  berbeda, justru seolah gelap jauh, terlepas dan mandiri. Yang lain makan yang sudah jelas sementara orang bijak dipupuk oleh Tao.

Tanpa kepura-puraan oleh kepastian, sungguh mudah berbelas kasih. Maka orang  bijak mengajar dengan mata dua. Mereka yang belajar menyangka mereka  belajar yang biasa yang dapat dipahami, sementara jauh didalam hati  mereka belajar yang luar biasa yang melampaui pemahaman.

-Tao Teh Ching, Prinsip Ajaran & Aplikasi Kehidupan

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...